Saya memiliki seorang nenek yang sudah tua. Beliau menderita sakit dan sudah hilang kesadaran. Beliau tidak sanggup berpuasa. Bagaimana beliau meng-qadha' puasa Ramadhân? Para dokter merasa pesimis beliau akan dapat kembali sembuh.
Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Jika nenek Anda sudah hilang kesadaran dan tidak siuman, maka beliau tidak diwajibkan berpuasa, dan tidak pula wajib membayar kafarat, karena akal merupakan syarat menjalankan taklif (tugas Agama) menurut kesepakatan para ahli Fiqih. Dasarnya adalah sabda Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam, "Pena (catatan amal) diangkat dari tiga golongan: anak kecil sampai ia balig, orang yang tidur sampai ia bangun, dan orang yang gila sampai ia sembuh." [HR. Abû Dâwûd dan An-Nasâ'i; sanadnya shahîh]
Hadits itu menunjukkan bahwa orang yang kehilangan akal tidak termasuk mukallaf (orang yang dibebani tugas Syariat). Imam Al-Jashshâsh dalam kitab Ahkâmul Qur'an menafsirkan firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Barang siapa di antara kalian yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) pada bulan itu (Ramadhân), hendaklah ia berpuasa pada bulan itu." [QS. Al-Baqarah 185], dengan berkata, "Yang dimaksud dengan 'ada di tempat pada bulan tersebut' adalah orang yang terkena taklif. Sedangkan orang yang bukan masuk kategori penerima taklif tidaklah wajib berpuasa pada bulan tersebut."
Adapun jika nenek Anda sempat sadar beberapa waktu, dan beliau mungkin berpuasa ketika itu, maka beliau wajib memberi makan satu orang miskin sebagai ganti dari setiap hari beliau sadar itu. Dasarnya adalah firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (yaitu) memberi makan satu orang miskin." [QS. Al-Baqarah: 184]
Ibnu Abbas—Semoga Allah meridhainya—mengatakan, "Ayat itu turun sebagai rukhshah (keringanan) untuk laki–laki dan perempuan yang sudah tua dan tidak sanggup berpuasa. Mereka wajib memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari puasa yang mereka tinggalkan." [HR. Al-Bukhâri]