Hukuman (Punishment) dan Penghargaan (Reward)
Punishment and reward adalah prinsip ilahiah yang diterapkan oleh Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Barang siapa di antara mereka yang mengikuti jalan kebenaran, Allah memberi mereka Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan mereka kekal di dalamnya. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan pastilah kami masukkan mereka ke dalam Surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah." [QS. Âli `Imrân: 195]. Dan barang siapa yang mengikuti jalan Syetan serta menyimpang dari kebenaran, Allah akan menghukumnya dengan hukuman yang berat. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu!" [QS. Ar-Semoga Allah meridhainya`d: 32]
Prinsip punishment and reward termasuk salah satu sarana efektif untuk merealisasikan hasil yang baik dalam mendidik anak. Keduanya (punishment and reward) adalah salah satu bentuk kontrol sosial. Menggabungkan kedua metode ini sangat baik dalam berbagai kondisi. Hukuman digunakan untuk mencegah terulangnya kesalahan, dan ia adalah rasa sakit sementara yang akan hilang ketika anak meminta maaf atas kesalahannya. Sementara penghargaan juga memiliki pengaruh yang positif dalam menyukseskan proses pendidikan. Penghargaan bekerja memperkuat dan memperkokoh perilaku lurus anak, sementara hukuman bekerja meluruskan perilakunya yang bengkok.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seputar prinsip pemberian penghargaan dan hukuman ini:
- Semakin pendek jarak waktu antara perilaku anak dengan penghargaan atau hukuman maka pengaruhnya juga akan semakin baik;
- Penghargaan dan hukuman (punishment and reward) merupakan bagian dari metode membangun karakter anak. Hukuman yang terlalu banyak kadang-kadang dapat membuat kepribadian anak menjadi lemah, tidak percaya diri, bahkan bisa menjadi agresif (nakal). Demikian juga dengan penghargaan yang tidak proporsional, terkadang membuat anak menjadi manja dan tidak mampu memikul tanggung jawab. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor keseimbangan antara keduanya;
- Cermat dan tidak terburu-buru sebelum memberikan penghargaan atau hukuman;
- Hendaknya ukuran penghargaan dan hukuman sepadan dengan perilaku yang diperbuat oleh anak;
- Penghargaan ketika anak berbuat baik lebih kuat dan lebih lama pengaruhnya dalam mendidik anak, walau penghargaan itu hanya berbentuk kata-kata yang baik atau senyuman yang tulus. Pujian memiliki efek yang baik terhadap kepribadian dan perilaku anak secara umum;
- Kedua orang tua tidak boleh saling merusak penghargaan atau hukuman yang diterapkan terhadap anak mereka, misalnya dengan meminta maaf atas hukuman atau memprotes penghargaan yang diberikan oleh pasangannya terhadap anak. Ketidakseragaman sikap kedua orang tua dalam menghadapi satu perilaku anak dapat berpengaruh buruk terhadapnya;
- Mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual masing-masing anak dalam menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman. Yang kita terapkan kepada seorang anak tidak harus diterapkan kepada anak yang lain;
- Mempertimbangkan jenis kelamin anak. Anak laki-laki tidak sama dengan anak perempuan dalam menerapkan prinsip ini;
- Hendaknya yang menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman ini sebisa mungkin adalah ayah atau ibu. Jangan membiarkan hal ini dilakukan oleh saudara atau kerabat si anak, supaya itu tidak menimbulkan rasa sakit hati pada diri si anak, yang mungkin tidak akan mampu ia hapus sampai dewasa;
- Kesetaraan di antara semua anak dalam menerapkan sistem penghargaan atau hukuman, supaya mereka tidak merasakan adanya ketidakadilan atau ketidaksetaraan;
- Penghargaan atau hukuman hendaknya memiliki alasan yang jelas dan berhubungan langsung secara kasat mata dengan perilaku anak;
- Hukuman lebih baik diberikan secara rahasia. Tidak harus teman-temannya, tetangganya, atau tamu misalnya, melihat proses penghukuman itu. Demikian juga, mengumumkan perbuatan baik yang dilakukan oleh anak adalah bagian dari penghargaan;
- Mematuhi aturan Syariat dalam memberi hukuman atau penghargaan. Tidak boleh menghukum dengan api, atau dengan cara tidak memberinya makanan. Demikian juga dalam memberi penghargaan, tidak boleh anak diberi penghargaan dengan mengizinkannya pergi ke tempat-tempat yang merusak secara moral, atau mengizinkannya tidak masuk sekolah, dsb.
Penghargaan
Para psikolog menemukan bahwa anak semakin baik perilakunya jika mendapatkan penghargaan dan motivasi dari orang tuanya. Ia akan terdorong untuk berusaha sekuat tenaga agar caranya melakukan sesuatu lebih baik daripada sebelumnya. Prinsip penghargaan ini harus digunakan secara bijaksana dalam mendidik anak. Oleh karena itu, dianjurkan untuk tidak berlebihan dalam memberikan penghargaan, agar tidak berubah makna menjadi pemanjaan, yang justru memberi efek negatif pada anak.
Ibu telah melakukan kesalahan jika berpikir bahwa prinsip penghargaan terbatas hanya pada segi materi saja, seperti membelikan anak sepeda atau jam tangan atas perbuatan baik yang ia lakukan. Padahal ada juga jenis penghargaan lain yang lebih baik dari hadiah yang mahal itu, yaitu apa yang disebut dengan penghargaan maknawi (moral). Bentuknya adalah memotivasi anak untuk terus melakukan kebaikan itu dengan cara memujinya, atau memberinya sebuah kecupan di dahinya. Lebih diutamakan untuk mengombinasikan kedua jenis penghargaan ini supaya nilai motivasinya lebih efektif dan kuat.
Jika ibu tidak mampu memberi penghargaan materil dengan membeli hadiah atau mainan yang mahal, ia dapat menggunakan bahan-bahan baku yang tersedia di rumah dan membuatnya menjadi mainan sebagai hadiah bagi anak atas perbuatan baik yang dilakukannya. Dengan demikian, ibu sekaligus telah membuka peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan mental dan keterampilannya.
Sebaiknya, penghargaan materil yang diberikan hendaknya juga memiliki makna yang mendidik. Sehingga di samping sebagai penghargaan, hadiah itu juga memiliki makna lain, seperti pengembangan wawasan dengan memberi anak hadiah buku, atau pengembangan minat olah raga dengan memberinya hadiah sepeda atau pakaian olahraga, dll.