(Bagian 2)
Penyakit was-was berlebihan atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah sebuah gangguan kejiwaan yang dibagi oleh para ilmuwan dan dokter menjadi dua bagian:
1. Adanya pikiran buruk dan tidak dikehendaki yang merasuki akal manusia secara paksa dan berulang-ulang.
Penderita penyakit ini sebenarnya tidak menyukai dan tidak menginginkan pikiran itu, bahkan ia berusaha menolak dan melawannya. Ia juga tahu bahwa pikiran itu tidaklah nyata. Akan tetapi ia terpaksa untuk tetap berpikir tentangnya. Pikiran itu terus mengganggu dan menyibukkan kehidupannya, dan ia tidak akan merasa tenang sampai melakukan tindakan tertentu atau menyerah kepada kehendak pikiran itu.
Walaupun si penderita telah mengerahkan segala usaha untuk mencari perlindungan, atau berusaha mengalihkan pemikirannya dari pikiran-pikiran ini, tetap saja ia tidak mampu melawan, dan akhirnya menyerah.
Contohnya adalah pikiran-pikiran yang menodai ketinggian Dzat Tuhan dan kedudukan Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, keraguan akan adanya Surga dan Neraka, hari Kiamat, dan kebangkitan setelah mati. Demikian juga pemahaman terhadap ayat-ayat atau hadits-hadits dalam bentuk yang menodai ketinggian wahyu dan hadits atau membuat keraguan. Akibatnya, tiada lagi aksioma yang harus diimaninya.
2. Tindakan-tindakan yang sulit ditolak dari dalam diri tentang perkara-perkara Agama dan dunia.
Seperti mengucapkan huruf-huruf Al-Quran berulang-ulang untuk memastikan bahwa huruf tersebut keluar dari makhraj-nya dengan benar, mencuci tangan berulang kali karena manganggap masih bernajis, mengulangi shalat karena alasan tidak fokus, mengumpukan kertas dari jalanan untuk memastikan bahwa tidak ada nama Allah di sana, menghitung-hitung segala hal dan mengulangi penghitungannya, dan lain-lain.
Jika ia berusaha mencegah perilaku-perilaku yang ia yakini tidak benar ini, ia akan merasa menderita dan ragu, sehingga tidak ada jalan lain baginya selain mengulangi tindakan itu dan tertawan dalam belenggunya demi menyelamatkan diri dari tekanan jiwa seperti itu. Tidak ada bukti yang lebih kuat menunjukkan bahwa OCD ini adalah sebuah penyakit daripada fakta bahwa anak-anak rentan mengalaminya, dengan kedua macamnya: secara pikiran dan tindakan.
Sebagai informasi, persentase kesembuhan pada mereka (kalangan anak-anak) sangat tinggi selama dilakukan pengobatan yang dini dan cepat.
Di sini, kita harus manyadari bahwa rasa was-was yang sulit dilawan ini tidaklah tumbuh akibat keberagamaan yang kurang, keimanan yang lemah, hilangnya keinginan, zikir yang kurang, dan sejenisnya.
Para dokter juga mencatat bahwa gangguan OCD ini sering muncul setelah adanya tekanan yang kuat di tempat bekerja, ujian, masalah rumah tangga, atau kematian orang dekat yang dicintai.
Hal ini harus dijelaskan agar seseorang tidak berburuk sangka kepada dirinya sendiri, melihat dirinya rajin beribadah dan taat, tetapi kemudian menemukan motif pikiran untuk mencela Allah atau Rasul-Nya, sehingga ia pun meragukan agama dan keimanannya sendiri, padahal tidak demikian.
Maka di sini, kita harus berhenti sejenak untuk menentukan bagaimana kita menghadapi penyakit was-was berlebihan (OCD) dan bagaimana pula menghadapi was-was (bisikan) Syetan. Was-was dari Syetan obatnya jelas dan cara melawannya juga sudah jelas di dalam Al-Quran dan Sunnah. Para ulama juga telah memfatwakan bagaimana cara melawan bisikan-bisikan Syetan itu, yaitu dengan:
- Membaca isti'âdzah (berlindung kepada Allah dari godaan Syetan).
- Dzikir dan doa.
- Membaca Al-Quran dan melakukan ibadah-ibadah.
- Bergaul dengan orang-orang shalih.
- Memiliki ilmu Agama yang bermanfaat untuk mencegah bisikan-bisikan itu.
Adapun untuk mengatasi jenis was-was yang pertama, yaitu penyakit OCD, haruslah kita meminta bantuan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidang ini, yaitu para psikiater, untuk menjelaskan kepada kita cara pengobatannya.
Hal ini membawa kita kepada fakta kunci dalam tema kita ini, yaitu bahwa penyakit mental yang bernama Obsessive Compulsive Disorder (OCD) ini bukanlah muncul akibat kelalain penderita, tetapi merupakan sebuah cobaan, layaknya musibah-musibah lain yang menimpa manusia. Bentuk dan jenisnya bermacam-macam, namun sama-sama membawa penderitaan, sama-sama membutuhkan kesabaran dalam menghadapinya, dalam mencari jalan untuk menyingkirkannya, serta dalam melakukan upaya pengobatan yang diperintahkan oleh Syariat.
Para dokter spesialis menyatakan bahwa tingkat kesembuhan dari penyakit ini terus mengalami kemajuan, berbarengan dengan kemajuan ilmu medis dalam hal ini. Tetapi dengan syarat harus dilalui dengan kesabaran, selalu dipantau, dan diberikan pengawasan medis. Sekarang ini, kesembuhan total dari penyakit ini mencapai angka tidak kurang dari 60%, dan persentase kepulihan mencapai peningkatan signifikan, tidak kurang dari 80%.
Para penderita gangguan OCD ini sedang diuji kesabaran, keimanan, dan keyakinan mereka kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ. Sungguh sebuah ujian yang sulit, di mana orang yang bersabar dan menang akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Sesungguhnya di antara sekian banyak hamba, terdapat segolongan hamba yang telah Allah siapkan untuk mereka di Surga sebuah kedudukan yang mereka tidak mendapatkannya karena amal mereka. Tetapi Allah terus menguji mereka, sehingga mereka mendapatkan kedudukan itu dengan kesabaran mereka."
Maka, selamat bagi orang yang bersabar, tabah, dan mau berusaha menjalani upaya pengobatan. Sabar semacam ini adalah sebuah kesabaran yang baik.
Semoga Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjadikan kita orang-orang yang sabar dan tabah. Amin.
[Sumber: www.islammemo.cc]