Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Muhasabah (introspeksi) diri merupakan salah satu objek perhatian terbesar bagi para pemilik hati yang hidup; prioritas utama bagi orang-orang yang cerdas dan sadar. Ketika mereka menyadari bahwa Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—melihat segala gerak dan diam mereka, mengetahui segala pikiran dan bisikan batin mereka, serta menghitung semua itu dalam catatan amal mereka, kemudian kelak mereka akan kembali kepada-Nya dan akan dihisab (diperhitungkan amal perbuatan mereka), maka mereka pun sadar bahwa barang siapa yang memuhasabah diri sebelum Hari Penghisaban itu niscaya bebannya akan ringan pada Hari itu; ia akan mampu menjawab pertanyaan yang ia terima di sana, dan tempat kembali serta ganjarannya pun akan baik. Tetapi, barang siapa yang tidak memuhasabah diri sebelum kedatangan hari itu, pasti akan panjanglah urusannya di sana, maksiatnya akan menggiringnya kepada kehancuran, dan akan panjanglah duka serta penyesalannya. Ketika itu, tidak akan ada gunanya alasan-alasan, demikaan juga kata-kata "andai saja" dan "kalau saja". Segala pengakuan dan permintaan tolongnya pun tidak akan menyelamatkannya.
Ketika menyadari semua itu, mereka menjadi yakin bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan diri mereka selain kebiasaan bermuhasabah diri secara terus-menerus dan perasaan selalu diawasi oleh Allah. Karena itu, mereka pun mewajibkan kepada diri mereka untuk selalu bermuhasabah dan merasakan pengawasan Allah dalam setiap gerak dan diam, dalam setiap pikiran dan lintasan hati mereka.
Mereka menyandarkan hal itu kepada firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya):
• "Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk esok hari (Akhirat). Bertaqwalah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian perbuat. Dan, janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq." [QS. Al-Hasyr: 18-19];
• "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka seseorang tidaklah dirugikan barang sedikit pun. Dan, jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)-nya. Dan, cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan." [QS. Al-Anbiyâ': 47];
• "Dan, diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu kalian akan melihat para pendosa ketakutan akan apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata: 'Aduhai, celaka kami! Mengapa catatan ini tidak membiarkan apa yang kecil dan tidak (pula) yang besar melainkan ia catat semuanya'. Mereka pun mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis) di dalamnya. Dan, Tuhanmu tidaklah menganiaya seorang pun juga." [QS. Al-Kahf: 49];
• "Pada hari ketika mereka dibangkitkan oleh Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan, Allah Maha menyaksikan segala sesuatu." [QS. Al-Mujâdalah: 6];
• "Kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka." [QS. Al-Ghâsyiyah: 26];
• "Pada hari itu, manusia keluar dari kubur mereka dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) perbuatan mereka. Barang siapa yang berbuat kebaikan seberat biji dzarrah pun niscaya ia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan sebesar biji dzarrah pun niscaya ia akan melihat (balasan)-nya pula." [QS. Az-Zalzalah: 6-8]
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Abû Barzah Al-Aslami—Semoga Allah meridhainya, "Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada Hari Kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya, kemana ia habiskan; tentang ilmunya, apa yang ia lakukan dengannya; tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan; serta tentang badannya, untuk apa ia pergunakan." [HR. At-Tirmidzi dan Ad-Dârimi]
Ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hal ini amatlah banyak. `Umar ibnul Khaththâb—Semoga Allah meridhainya—juga pernah berkata, "Muhasabahlah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab (dievaluasi di hadapan Allah). Timbanglah (amal perbuatan) kalian sebelum kalian ditimbang (di hadapan Allah). Hiasilah diri kalian (dengan kebaikan) untuk menghadapi hari saat diperlihatkannya amal perbuatan." Lalu ia membaca firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Pada hari itu, kalian dihadapkan (kepada Tuhan kalian). Tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah)." [QS. Al-Hâqqah: 18]
Wallâhu a`lam.