Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Yang populer disebutkan dalam buku-buku hadits dan sirah adalah bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersama beberapa orang shahabat tetap bertahan ketika Kaum Musyrikin menyerang mereka, setelah pasukan pemanah milik Kaum Muslimin meninggalkan posisi mereka. Dalam hadits shahîh, Al-Barra' ibnu `Âzib—Semoga Allah meridhainya—menceritakan, "Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—menjadikan Abdullah ibnu Jubair sebagai komandan pasukan pejalan kaki pada Perang Uhud. Lalu mereka lari berpencaran, itulah yang dimaksud (dalam firman Allah): 'Sedangkan Rasul yang berada di antara kawan-kawan mereka yang lain memanggil mereka'. Pada waktu itu, tidak ada yang tetap bersama Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—kecuali hanya dua belas orang." [HR. Al-Bukhâri]
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—tidak pernah kalah. Beliau terkenal dengan sifat keberanian dan selalu bertahan pada kondisi-kondisi sulit. Dalam sebuah hadits, Ali—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Apabila perang sudah berkecamuk dan pasukan sudah saling bertemu, kami biasa berlindung di belakang Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, sehingga tidak ada satu orang pun dari kami yang lebih dekat kepada musuh daripada beliau." [HR. Ahmad]
Yang perlu diketahui di sini, bahwa siapa pun sahabat yang berpaling pada perang Uhud, Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah mengabarkan bahwa Dia telah mengampuni dan memaafkan mereka. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kalian pada hari bertemunya dua pasukan itu, mereka hanyalah digelincirkan oleh Syetan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau). Sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun." [QS. Âli `Imrân: 155]
Wallâhu a`lam.