Saudaraku yang sedang berpuasa.
Saat ini, menjelang adzan maghrib berkumandang, barangkali Anda dan keluarga Anda tengah bersiap untuk menyantap makanan berbuka puasa setelah bersusah-payah seharian, yang mungkin panjang waktu siangnya memberatkan Anda dan lambat terbenam mataharinya begitu membebani Anda. Seolah-olah saya melihat Anda sangat ingin meminum air yang dapat menghilangkan dahaga Anda dan melahap segugusan kurma yang dapat menghentikan nyanyian perut Anda yang lapar. Sementara keluarga, anak-anak, dan sanak kerabat Anda yang ada di sekeliling Anda juga tidak dalam kondisi yang lebih baik dari Anda.
Maka, pertama, doa kami untuk Anda, semoga Allah memberkahi hidangan makan Anda.
Kedua, kami memohon kelapangan hati Anda, bila kami ingin sejenak bersama Anda di saat-saat yang serba terbatas, untuk kita—kami dan Anda—sama-sama menghayati adab-adab makan yang dianjurkan oleh syariat agama kita yang mulia, agar Anda dapat mengingatkan diri Anda sendiri tentang hal itu, kemudian juga keluarga Anda yang ada di sekitar Anda.
Karena sesungguhnya sikap komitmen melaksanakan adab-adab ini termasuk hal yang dapat mendatangkan keberkahan, memperbaiki karakter, mengajarkan sifat rendah hati, merealisasikan rasa syukur kepada Allah, menyingkirkan syetan-syetan, dan mewariskan rasa cinta Allah, Sang Maha Pencipta—Subhânahu wata`âlâ. (Mawsû`ah Al-Âdâb Al-Islâmiyyah, hal. 108).
Adab-adab tersebut, beberapa di antaranya adalah adab-adab sebelum makan, sebagiannya lagi pada saat makan, dan sebagiannya lagi setelah makan.
Pertama: Adab-adab Sebelum Makan
Antara lain:
1. Niat yang baik.
Hendaknya seorang muslim menghadirkan niat yang baik ketika makan. Seperti ia niatkan dengan makan itu supaya bisa kuat untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah, dan supaya bisa terjaga kehidupan dan kesehatannya, sehingga dengan keduanya amal-amal shalih bisa terus dilakukan. Dengan begitu, makan bagi dirinya menjadi suatu ibadah yang mendatangkan pahala. Rasul—Shallallâhu `alaihi wasallam—telah bersabda, "Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
2. Berdoa sebelum berbuka.
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa, pada saat berbuka, ada doa yang tidak akan ditolak." [HR. Ibnu Mâjah. Menurut Al-Albâni: dha`îf]
3. Tidak berlebih-lebihan. Hal itu sesuai perintah Allah—Subhânahu wata`âlâ—dalam Al-Quran (yang artinya): "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." [QS. Al-A`râf: 31]
Kedua: Adab-adab Pada Saat Makan
Antara lain:
1. Berkumpul dan memperbanyak tangan-tangan pada makanan, berdasarkan hadits Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—, "Berkumpullah kalian pada makanan kalian, dan sebutlah nama Allah ketika makan, niscaya Allah akan memberikan keberkahan untuk kalian dalam makanan itu." [HR. Abû Dâwud dan Ibnu Mâjah. Menurut Al-Albâni: hasan]
2. Menunggu makanan yang panas sampai dingin.
Diriwayatkan dari Asmâ' bintu Abu Bakar—Semoga Allah meridhai keduanya—bahwasanya apabila ia membuat roti berkuah, ia menutupinya dengan sesuatu sampai hilang gelegak kuahnya. Lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, 'Sesungguhnya hal itu lebih baik untuk mendatangkan keberkahan." [HR. Ahmad]
3. Tidak mencela makanan.
Sesungguhnya Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika berselera, beliau memakannya. Jika tidak, beliau membiarkannya saja." [HR. Al-Bukhâri]
4. Berdoa ketika berbuka puasa.
Yang diriwayatkan dalam Sunnah adalah apabila seseorang berpuasa, hendaknya pada saat berbuka membaca doa, "Dzahabazh zhama'u wabtalatil `urûqu wa tsabatal ajru insyâallâh (Telah hilang rasa dahaga, urat-urat sudah basah, dan pahala didapatkan insyâallâh)." [HR. Abû Dâwud. Menurut Al-Albâni: hasan]
5. Membaca basmalah ketika pertama kali makan. Ini termasuk adab makan yang paling agung dan paling penting. Adab ini disebutkan dalam sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Wahai anakku, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari (makanan) yang terdekat denganmu." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]. Siapa yang lupa membaca basmalah di awal makan, kemudian ia teringat di tengah-tengah waktu makan, maka hendaknya ia mengucapkan, "Bismillâhi awwalahu wa âkhirahu (Dengan menyebut nama Allah di awal dan akhirnya)"i âââajh
6. Makan dengan tangan kanan. Ini wajib, berdasarkan sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Bila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya." [HR. Muslim]
7. Makan dengan tiga jari, yaitu ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Karena sesungguhnya Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, beliau makan dengan tiga jari, dan menjilati tangannya sebelum membasuhnya. [HR. Muslim]
8. Makan dari makanan yang paling dekat. Ini termasuk adab yang luhur ketika makan, berdasarkan sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Dan makanlah dari (makanan) yang terdekat denganmu." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]. Namun ada pengecualian. Jika jenis makanan yang dihidangkan berbeda-beda, para ulama memperbolehkan hal tersebut (yaitu makan tidak dari makanan yang paling dekat).
9. Makan dari bagian-bagian pinggir piring, bukan dari tengahnya. Hal itu berdasarkan perintah Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Makanlah (makanan) di dalam piring dari bagian-bagian pinggir piring, dan janganlah kalian makan dari bagian tengahnya, karena sesungguhnya keberkahan turun di bagian tengah piring." [HR. Ahmad]
10. Tidak bersandar pada saat makan. Karena diriwayatkan dari Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bahwasanya beliau bersabda, "Saya tidak makan dalam kondisi bersandar." [HR. Al-Bukhâri].
11.Tidak makan dalam kondisi telungkup, karena hal tersebut menyalahi tuntunan Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam. Karena Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—telah melarang dua cara makan: duduk di hidangan yang di dalamnya tersedia minuman yang memabukkan, dan seseorang makan dalam keadaan telungkup. [HR. Abû Dâwud. Menurut Al-Albâni: hasan].
12. Tidak memakan sekaligus dua butir kurma. Larangan hal tersebut terdapat dalam sabda Rasul—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Siapa yang makan kurma bersama suatu kaum, maka janganlah ia memakan dua butir sekaligus. Jika ia tetap ingin melakukan itu, hendaklah ia meminta izin kepada mereka. Jika mereka mengizinkan, ia boleh melakukannya." [HR. Ibnu Hibbân. Menurut Al-Albâni: shahîh]. Ada pendapat mengatakan, ini khusus untuk kurma saja. Namun dikatakan juga, ini berlaku umum untuk seluruh buah-buahan. Pendapat yang terakhir ini lebih benar.
13. Wallâhu a`lam. (Ibnu Hajar Al-Haitsami, Al-Fatâwâ Al-Hadîtsiyyah).
14. Tidak berlebihan dalam makan, berdasarkan sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Tidaklah manusia mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan makan yang dapat menegakkan tulang punggungnya." [HR. At-Tirmidzi. Menurut Al-Albâni: shahîh].
15. Tidak menyisakan makanan dalam piring. Hal tersebut dengan cara mengambili sisa-sisa makanan di dalamnya. Diriwayatkan secara shahih dari Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bahwa beliau bersabda, "Dan hendaklah salah seorang dari kalian membersihkan piring tempat makan (tidak menyisakan makanan di dalamnya). Karena sesungguhnya kalian tidak tahu, di makanan kalian yang mana ada keberkahan." [HR. Muslim]
16. Menjilati jari-jemari sebelum dibasuh atau dicuci, untuk mencari keberkahan makanan dan dalam rangka menghidupkan Sunnah Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam. Anas ibnu Mâlik—Semoga Allah meridhainya—berkata, "(Rasulullah) bila telah menyantap makanan, beliau menjilati ketiga jari-jemari beliau." [HR. Muslim]
Ketiga: Adab-adab Setelah Makan
1. Bersyukur kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—atas nikmat-Nya. Sesungguhnya Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bila selesai makan atau minum, beliau mengucapkan, "Alhamdulillâhilladzî ath`ama wa saqâ wa sawwaghahû wa ja`ala lahû makhrajan (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum, menjadikannya mudah ditelan, dan menjadikan untuknya jalan keluar)." [HR. Abû Dâwud. Menurut Al-Albâni: shahîh]
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga bersabda, "Siapa yang memakan makanan kemudian mengucapkan, 'Alhamdulillâhilladzî ath`amanî hâdzath tha`âm warazaqanîhi min ghairi haulin minni wala quwwatin (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan aku dengan makanan ini, dan memberi aku rezeki makanan ini tanpa daya dan kekuatan dariku),' diampuni baginya dosanya yang telah lalu." [HR. Abû Dâwud. Menurut Al-Albâni: hasan]. laulagkjhqsk
2. Mendoakan pemilik makanan.
Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—pernah makan di tempat beberapa shahabat beliau. Ketika selesai makan, beliau mendoakan mereka seraya bersabda, "Orang-orang yang berpuasa telah berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik telah memakan makanan kalian, semoga para malaikat memohonkan ampun bagi kalian." [HR. Abû Dâwud. Menurut Al-Albâni: shahîh]. laulagkjhqsk
3. Tidak berlama-lama duduk setelah makan. Ini jika seseorang makan di tempat orang lain. Berdasarkan firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Dan bila kalian selesai makan, maka keluarlah kalian." [QS. Al-Ahzâb: 53]
Saudaraku yang berbahagia.
Masih ada adab-adab lain yang tidak kami singgung, karena kami percaya Anda telah mengetahuinya. Karena adab-adab tersebut sudah cukup dikenal, sehingga membuat kami tidak mencantumkannya dalam tulisan pendek ini. Maka, lekatkanlah ia dalam pikiran dan janganlah Anda lupakan.
Sebagai penutup, kami sampaikan, selamat menyantap hidangan. Semoga Allah melezatkan makanan Anda dan menerima puasa Anda. Jangan lupakan saudara-saudara Anda seiman dalam doa yang baik dan tulus yang dengannya Anda bermunajat kepada Rabb Anda.
Semoga Allah melanggengkan kesehatan Anda lahir dan batin.