Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Allah memuji para hamba-Nya yang beriman dan menyanjung mereka dengan adanya sifat-sifat yang dicintai–Nya pada diri mereka. Di antara sifat-sifat mulia yang disanjung oleh Allah pada diri seorang mukmin adalah sifat patuh dan tunduk kepada Allah (qunût).
Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), di sisi Tuhan mereka ada Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan, serta keridaan Allah, Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdoa: 'Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa Neraka. (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." [QS. Ali Imrân: 15-17]
Kaum wanita pun juga mendapatkan bagian dari sifat ini, sebagaimana firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Sebab itu, maka wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." [QS. An-Nisâ: 34]
Selain itu, Allah juga menjanjikan pahala yang besar sebagai balasan terhadap sifat ini, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): "Dan barang siapa di antara kalian (istri-istri Nabi) tetap taat pada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal shalih, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia." [QS. Al-Ahzâb: 31]
Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—juga berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." [QS. Al-Ahzâb: 35]
Di samping itu, Allah juga memuji kekasih dan rasul-Nya, Ibrahim—Alaihis salâm—dengan menyebut bahwa ia tergolong hamba-Nya yang patuh dan taat. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, serta patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah ia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)," [QS. An-Nahl: 120]
Sebagaimana Allah juga memuji Maryam dengan menyebut bahwa ia tergolong wanita yang patuh dan taat, yaitu dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami; dan ia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah ia termasuk orang-orang yang taat." [QS. At-Tahrîm: 12]
Beberapa Makna Kata Qunût
Para ulama menyebutkan beberapa makna kata qunût yang secara umum bermakna ketaatan yang berkesinambungan, shalat, berdiri lama dalam ibadah, diam, tunduk, dan berdoa. Yang pasti, semua makna-makna ini termasuk ke dalam makna qunût, dan dalil-dalil yang ada mencakup semua makna itu.
Dalil bahwa Qunût berarti tunduk dan taat kepada Allah terlihat dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya):
· "Mereka (orang-orang kafir) berkata, 'Allah mempunyai anak'. Mahasuci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: 'Jadilah'. Lalu jadilah ia." [QS. Al-Baqarah: 116-117];
· "Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk." [QS. Ar-Rûm: 26]
Adapun qunût dengan arti diam, terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Zaid ibnu Arqam bahwa ia berkata, "Dahulu, kami berbicara ketika shalat. Salah seorang di antara kami biasa berbicara kepada temannya untuk keperluannya, sampai akhirnya turun ayat (yang artinya): 'Berdirilah karena Allah (dalam shalat kalian) dalam kondisi qunût (diam)." Lalu kami disuruh untuk diam."
Adapun qunût yang berarti lama berdiri dalam ibadah disebutkan dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "(Apakah engkau, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) Akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." [QS. Az-Zumar: 9]. Juga dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabîr—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Shalat yang paling utama adalah qunut (berdiri) yang lama." [HR. Muslim]
Nabi sendiri mengamalkan hal itu, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Mughirah ibnu Syu`bah—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—biasa shalat sampai kaki atau betis beliau bengkak, lalu ada yang bertanya kepada beliau tentang alasan melakukan itu, dan beliau menjawab, 'Tidakkah aku pantas menjadi hamba yang pandai bersyukur'." [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah; Menurut At-Tirmidzi: hasan shahîh. Menurut Al-Albâni: hasan].
Dan Ibnu Umar pernah ditanya tentang kata qunût, dan ia menjawab, "Aku tidak tahu tentang arti qunût kecuali lama berdiri (di dalam ibadah)." Kemudian ia membacakan ayat (yang artinya): "(Apakah engkau, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri." [QS. Az-Zumar: 9]
Sedangkan qunût dengan arti doa, dapat dilihat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al-Barra' ibnu `Âzib—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—melakukan (doa) qunut di waktu Subuh dan Maghrib." [HR. Muslim]
Demikian juga hadits lain yang diriwayatkan dari Anas—Semoga Allah meridhainya,ia berkata, "Rasulullah melakukan (doa) qunut selama sebulan untuk mendoakan kebinasaan bagi Bani Ri`il dan Bani Zakwân." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim. Redaksi ini adalah milik riwayat Al-Bukhâri]
Demikianlah, Rasulullah telah mengamalkan semua makna qunût. Beliau mendirikan shalat dan memanjangkan shalat beliau, sebagaimana perkataan Abdullah ibnu Mas`ud—Semoga Allah meridhainya, "Aku shalat bersama Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—pada suatu malam. Beliau terus menerus berdiri sampai aku berhasrat melakukan sesuatu yang jelek." Abdullah lalu ditanya, "Apa yang engkau hasratkan itu?" Ia menjawab, "Aku ingin duduk dan meninggalkan Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Hadits lain diriwayatkan dari Hudzaifah—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Suatu kali, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—melakukan shalat. Apabila membaca ayat rahmat, beliau berdoa (mendapatkannya), dan apabila membaca ayat azab, beliau berlindung (darinya), dan apabila membaca ayat yang menyucikan Allah, beliau bertasbih." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Ketika suatu ketika terjadi gerhana matahari, Rasulullah langsung melakukan shalat dan berdiri sangat lama, kemudian beliau rukuk sangat lama, dan begitu juga sujud beliau.
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—selalu berdoa kepada Allah, suka melamakan doa beliau, serta memilih doa yang terbaik dan paling komprehensif. Apabila beliau membaca Al-Quran atau dibacakan Al-Quran kepada beliau, beliau biasa menangis. Abdullah ibnusy Syakhîr—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—saat dada beliau memendam suara isak tangis seperti suara air yang sedang mendidih." [HR. Abu Dâwûd dan An-Nasâ'i]
Para pembaca yang dicintai Allah,
Sekarang kita telah mengetahui makna-makna dari kata qunût, dan kita juga sudah mengetahui bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—mewujudkan semuanya dalam kehidupan beliau. Tidakkah kita mau meneladani dan mencontoh semua itu? Tidakkah kita mau kembali kepada Tuhan kita dan berdoa kepada-Nya dengan penuh khusyuk?! Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang bersifat qunût.